Artikel Terbaru

Biologi Genetik & Keberagaman Makhluk: Perspektif Al-Qur’an

 


Pendahuluan

Sejak masa awal peradaban Islam, ilmu tentang kehidupan dan keturunan telah menjadi perhatian besar para ulama dan ilmuwan muslim. Ibnu Sina dalam karyanya 'Al-Qanun fi al-Tibb' menjelaskan prinsip pewarisan sifat, sedangkan Al-Jahiz dalam 'Kitab al-Hayawan' menguraikan konsep adaptasi dan variasi makhluk hidup. Ikhwan al-Shafa’ bahkan telah menyebutkan gagasan tentang keteraturan alam yang mencerminkan kebijaksanaan Ilahi. Jauh sebelum ditemukannya DNA, Al-Qur’an telah mengisyaratkan bahwa kehidupan diatur melalui sistem yang halus, tertib, dan seragam di bawah kehendak Allah. Ilmu genetika modern kini memperkuat pemahaman ini: bahwa setiap makhluk membawa kode kehidupan unik yang menjadi bukti kekuasaan Sang Pencipta.

1. Penciptaan dan Pewarisan dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menegaskan bahwa kehidupan manusia dimulai dari bahan dasar yang sama, kemudian melalui proses bertahap hingga menjadi makhluk sempurna. QS. Al-Mu’minun [23]:12–14 menggambarkan tahapan biologis dari sari pati tanah, nuthfah, ‘alaqah, hingga daging yang dibentuk. Proses ini selaras dengan tahapan perkembangan embrio yang kini dipelajari dalam biologi modern. QS. Fatir [35]:11 menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah, lalu dari air mani menjadi pasangan-pasangan. Ayat ini tidak hanya menjelaskan proses reproduksi biologis, tetapi juga mengandung makna spiritual bahwa kehidupan adalah amanah yang bersumber dari Allah. Keturunan bukan sekadar hasil biologis, melainkan kesinambungan rahmat Ilahi yang mengikat generasi satu dengan lainnya.

2. Konsep Genetik dan DNA dalam Perspektif Islam

Penemuan DNA pada abad ke-20 membuka tabir besar tentang keajaiban penciptaan. Molekul yang panjangnya hanya beberapa nanometer ini menyimpan seluruh informasi genetik yang mengatur bentuk, warna, fungsi organ, bahkan potensi kecerdasan makhluk hidup. Al-Qur’an mengisyaratkan keberadaan 'kitab' yang mencatat setiap peristiwa dan penciptaan: “Dan tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab” (QS. Al-An’am [6]:38). Sebagaimana DNA berisi kode kehidupan, demikian pula Al-Qur’an mengandung 'kode spiritual' bagi kehidupan manusia. Dalam pandangan Islam, keteraturan genetik adalah cerminan dari 'sunnatullah' — hukum tetap yang mengatur ciptaan tanpa cacat. QS. Al-An’am [6]:98 juga menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia dari satu jiwa, lalu berkembang biak menjadi banyak keturunan. Kesamaan struktur DNA antar spesies menunjukkan kesatuan sistem penciptaan yang tunduk pada hukum Ilahi. Ini menjadi bukti bahwa ilmu modern sejatinya menegaskan kembali pesan wahyu.

3. Keberagaman Makhluk dan Prinsip Keseimbangan

Keberagaman makhluk hidup di bumi merupakan manifestasi dari sifat Maha Pencipta Allah yang tak terbatas. QS. An-Nur [24]:45 menegaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakan dari air, tetapi bergerak dengan cara yang berbeda-beda — ada yang melata, berjalan, dan terbang. Ayat ini menggambarkan variasi biologis yang kini dijelaskan oleh ilmu genetik sebagai hasil kombinasi DNA yang kompleks. Dalam sistem ekologi, variasi genetik ini menjaga keseimbangan kehidupan. Tanpa keberagaman, spesies tidak akan mampu bertahan menghadapi perubahan lingkungan. Al-Qur’an menggunakan istilah mīzān (keseimbangan) sebagai simbol keteraturan kosmos dan kehidupan. QS. Ar-Rahman [55]:7–9 menegaskan bahwa Allah menegakkan keseimbangan agar manusia tidak melampaui batas. Hal ini menjadi peringatan bahwa eksploitasi alam dan manipulasi genetika tanpa etika dapat mengganggu harmoni ciptaan Allah.

4. Relevansi Ilmiah dan Etika Genetik Modern

Ilmu genetika modern telah membawa umat manusia pada kemampuan besar untuk mengubah, memperbaiki, bahkan merekayasa kehidupan. Namun Al-Qur’an mengingatkan agar ilmu tersebut tidak digunakan untuk kesombongan, melainkan sebagai sarana memahami kebijaksanaan Tuhan. QS. Al-Baqarah [2]:30 menggambarkan percakapan Allah dengan malaikat tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia dituntut menjaga, bukan merusak tatanan ciptaan. Rekayasa genetik yang dilakukan dengan niat memperbaiki kehidupan (seperti penyembuhan penyakit genetik) sejalan dengan prinsip maslahah. Namun jika dilakukan demi keserakahan, misalnya menciptakan spesies artifisial tanpa pertimbangan etika, maka hal itu melanggar sunnatullah. Etika genetika dalam Islam berpijak pada nilai amanah, adil, dan tanggung jawab sosial.

5. Refleksi Ilmiah dan Spiritualitas

Keindahan genetika tidak hanya terletak pada kompleksitas ilmiahnya, tetapi juga pada keagungan spiritualnya. QS. Ar-Rum [30]:22 menyebutkan bahwa perbedaan warna kulit dan bahasa manusia adalah tanda kekuasaan Allah. Artinya, keberagaman biologis dan budaya adalah rahmat, bukan alasan untuk perpecahan. Dengan memahami genetika, manusia diajak merenungi keterhubungan universal antar makhluk. Dari satu sel yang sama, Allah menciptakan jutaan spesies dengan fungsi dan bentuk berbeda. Dalam konteks ini, setiap penelitian sains yang jujur sebenarnya adalah bentuk ibadah — karena mengungkap tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Semakin dalam ilmu pengetahuan menyingkap misteri kehidupan, semakin nyata pula kebesaran Sang Pencipta.

Kesimpulan dan Refleksi Qur’ani

Kajian tentang biologi genetik dan keberagaman makhluk dari perspektif Al-Qur’an menunjukkan bahwa wahyu dan sains saling melengkapi. Al-Qur’an bukan buku biologi, tetapi memberi petunjuk moral dan spiritual dalam memahami kehidupan. DNA dan kode genetik hanyalah salah satu bentuk dari 'kitab penciptaan' yang disusun oleh Allah dengan presisi sempurna. Setiap gen, setiap sel, bahkan setiap atom tunduk pada sunnatullah. Kesadaran ini menumbuhkan rasa tanggung jawab manusia sebagai khalifah untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan makhluk hidup di bumi. Ilmu yang tidak disertai tauhid hanya melahirkan kesombongan, sedangkan ilmu yang disertai iman melahirkan kebijaksanaan. Maka memahami genetika bukan sekadar mempelajari kehidupan, tetapi mengenal Sang Pencipta melalui tanda-tanda-Nya yang nyata dalam setiap makhluk.

Artikel lintas kategori yang disarankan untuk dibaca:
  1. Lebah dalam Sains dan Al-Qur’an → Kehidupan sosial lebah dan hikmah ilmiah.
    “Dari perut lebah keluar minuman penyembuh bagi manusia.”
  2. Rotasi Bumi dalam Sains dan Al-Qur’an → Fenomena astronomi dan kebesaran Ilahi.
    “Keteraturan rotasi bumi menjadi bukti kebesaran Allah.”
  3. Energi dari Matahari dan Fotosintesis dalam Al-Qur’an → Cahaya dan kehidupan dalam pandangan Islam.
    “Allah menjadikan cahaya sebagai sumber kehidupan di bumi.”
Anwar Syam - Penulis Sains Islam Edu
Anwar
Guru Madrasah Tsanawiyah | Penulis Edukasi Sains Islami

Anwar adalah pendidik dan penulis di Sains Islam Edu. Ia aktif menulis artikel yang mengintegrasikan sains modern dan nilai-nilai Islam dalam pendidikan, mengajak pelajar memahami ayat-ayat kauniyah sebagai tanda kebesaran Allah.

Baca Profil Lengkap →
🏠

Komentar